Wednesday 3 May 2017

HANYA SATU JALAN KEBENARAN

Jalan Kebenaran Hanya Satu

Jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah hanyalah satu. Yaitu sesuatu yang dengannya, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Tiada seorangpun yang dapat sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan ini.

Hidup ini adalah sebuah perjalanan

Pernahkah kita memikirkan bahwa hidup ini hakekatnya adalah perjalanan? Pernahkah kita merenungkan hidup di dunia ini tidak lain adalah sebuah perjalanan menuju kepada Allah Ta`ala?

Tidakkah anda mengingat sabda Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa salam:

“Setiap hari semua orang melakukan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya! Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mencelakakannya!”
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Oleh karena itu Allah dalam firman-Nya menjelaskan,

"Pada hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat"
(Asy-Syu’araa`: 88-89)

Dan Allah Ta’ala berfirman pula:

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dalam beribadat kepada Tuhannya”
(Al-Kahfi: 110)

Memang demikianlah hidup ini, yang diharap dan yang dituju adalah Allah Ta’ala, berjumpa dengan-Nya, menghadap kepada-Nya dan melihat wajah-Nya serta untuk meraih ridha-Nya.

Jalan hidup yang benar hanya ada satu

Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ 

kemudian beliau membaca,

‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’”
([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)

Para imam tafsir menjelaskan bahwa pada ayat ini, Allah Tabaraka wa Ta’ala menggunakan bentuk jamak ketika menyebutkan jalan-jalan yang dilarang manusia mengikutinya, yaitu {السُّبُلَ}, dalam rangka menerangkan cabang-cabang dan banyaknya jalan-jalan kesesatan. Sedangkan pada kata tentang jalan  kebenaran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan bentuk tunggal dalam ayat tersebut, yaitu {سَبِيلِهِ}. karena memang jalan kebenaran itu hanya satu, dan tidak berbilang.  (Sittu Duror, hal.52).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dan ini disebabkan, karena jalan yang mengantarkan (seseorang) kepada Allah hanyalah satu. Yaitu sesuatu yang dengannya, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Tiada seorang pun yang dapat sampai kepada-Nya, kecuali melalui jalan ini” (Sittu Duror, hal.53).

Mengenal jalan kebenaran yang satu

Jika anda ingin tahu apa itu jalan kebenaran yang hanya ada satu tersebut? Jawabannya adalah jalan yang pernah ditempuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, itulah satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menjelaskan bahayanya tidak mengetahui jalan kebenaran ini, beliau mengatakan,

“Ketidaktahuan terhadap jalan kebenaran ini dan rintangan-rintangannya, serta tidak memahami maksud dan tujuannya, akan menghasilkan kepayahan yang sangat, disamping itu faedah yang didapatkan pun sedikit” (Sittu Duror, hal. 54).
Karena begitu pentingnya mengenal jalan kebenaran tersebut, maka mari kita mempelajari jalan kebenaran yang hanya ada satu itu, yang semua kaum muslimin mensepakatinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan jalan yang lurus tersebut dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku” (Diriwayatkan Imam Malik dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Ya, jalan kebenaran yang hanya satu itu adalah jalan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, keduanya adalah jalan yang lurus. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,

“Jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditinggalkan Rasulullah untuk kami” (Atsar shahih, dikeluarkan Ath Thabari dan yang lainnya).

Mana dalilnya, bahwa Al-Quran dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus?

Dalil Al-Quran adalah jalan yang lurus

Allah Ta’ala berfirman:

“Mereka berkata: “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”
(Al-Ahqaaf: 30).

Dalil As-Sunnah adalah jalan yang lurus

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”
(Asy-Syuuraa: 52).

Dengan demikian Al-Quran dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus, inilah satu-satunya jalan kebenaran, keduanya hakikatnya adalah satu kesatuan, sama-sama wahyu Allah Ta’ala.

Wajibnya berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah

Kita wajib berpegang teguh dengan  Al-Quran dan As-Sunnah, karena kita diwajibkan mena’ati Allah dan Rasul-Nya  shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (-Nya), dan Ulil amri di antara kamu”
(An-Nisaa’: 59).

Menaati Allah adalah dengan berpegang teguh kepada Al-Quran dan taat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berpegang teguh kepada sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Catatan:

Sunnah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sumber hukum Islam

Al-Hadits adalah hujjah/dalil, sebagaimana Al-Quran, karena keduanya adalah sama-sama wahyu dari Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketahuilah sesungguhnya saya diberi (wahyu) Al-Quran dan (wahyu) yang semisalnya bersamaan dengannya (As-Sunnah)”
(HR. Abu Dawud dan Ahmad, sedangkan lafadz ini adalah lafadz riwayat beliau. Hadits ini dishahihkan Syaikh Al-Albani).

Hakikatnya berpegang teguh dengan sunnah adalah ketaatan kepada Allah dan mengamalkan Al-Quran, karena Allah berfirman di dalam Al-Quran:

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu,sesungguhnya ia telah mentaati Allah” [An-Nisaa`:80].

Fungsi As-Sunnah

Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hakikatnya sama dengan Kitab Allah, yaitu sama-sama sebagai wahyu Allah. Fungsi sunnah itu sebagai penjelas bagi Kitab Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan, makhluk terbaik yang menafsirkan Al-Quran adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

“Dan Kami turunkan kepadamu Aquran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka”
(An Nahl: 44).

As-Sunnah menjelaskan apa yang ada di dalam Al-Quran yang masih global dengan merincinya, seperti masalah salat, puasa, zakat, haji, dan yang lainnya. Jadi As-Sunnah yang shahih tidak akan pernah bertentangan dengan Al-Quran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan makna Al-Quran dan beliau pun telah memberi contoh bagaimana mengamalkannya, sehingga semua ayat Al-Quran menjadi jelas makna dan prakteknya bagi umat ini .

Bahkan seorang muslim tidak harus menunggu mengetahui dalil dari Al-Quran dalam melakukan sebuah ibadah, jika ia sudah mengetahui satu saja dalil dari hadits yang shahih, selama hadits tersebut sudah cukup menunjukkan kepada suatu bentuk/tata cara ibadah, maka bisa langsung mengamalkan hadits tersebut.

Kesimpulan

Jalan kebenaran hanya satu, yaitu jalan Al-Quran dan As-Sunnah. Karena keduanya sama-sama dari Allah dan fungsi As-Sunnah menjelaskan Al-Quran dan merinci yang global darinya, maka hakikat keduanya merupakan satu kesatuan, satu jalan kebenaran.
Al-Quran dan As-Sunnah adalah jalan yang lurus.
Kita wajib berpegang teguh dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Al-Quran dan As-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, karena keduanya sama-sama sebagai wahyu Allah.
***

(Diolah dari kitab Sittu Durar min Ushul Ahlil Atsar, Syaikh Ar-Ramadhani, dengan beberapa tambahan).

Artikel Muslim.

No comments:

Post a Comment